You Know You One

Jumat, 07 Oktober 2016

0 komentar

Setangkai bunga pernah tergenggam. Kelopaknya masih segar dan indah,  lihat saja.Terlukis jelas ketika mata itu menatapnya, Lihat saja namun tangan ini penuh luka. Suatu senja dibawah embun yang sudah menguap terbawa angin, disana ada doa. Setiap embun terbentuk oleh tiap peluh malam yang terusap sendiri. Taukah? Kemana kelopak itu kini pergi ?Karena ada duri yang dia ciptakan sendiri, berapa lama harus mengusap peluh itu sendiri (Lagi). Ketika senja itu mulai pergi, dan langit gelap itu kembali.

Tau kah ? Tiap baris dalam sebuah cerita, masih tersusun dengan duka. Hingga pada satu titik, yang bertemu koma. Ada baris yang berganti arah, kebawah. Entah ada cerita apa ? Dengan lukisan senja dan kelopak yang masih di rangkai lagi. Ada beberapa bait yang mungkin terganti, mungkin itu adalah bagian mantra yang terbawa oleh angin tiap kali dua tangan ini mencoba menyembuhkan diri.

Bisikan itu semakin menjadi, tangan itu semakin dekat mendekap. Kelopak yang gugur satu persatu mulai terangkai lagi. Entah dengan peluh lagi, atau dengan sebuah rasa yang mencoba terbiasa. Coba kuulangi, memejamkan mata tanpa ada yang meminta. Apa ini mimpi ? Aku ingin selamanya, tanpa ada sebaris kata lagi yang kurubah. Cerita dan masa datang.

Mungkin kamu tak tahu berapa lama aku akan melupakan masa lalu, aku hidup dengan mu. Tapi aku masih seperti menyayangi masa lalu ku. Meski kau tak selalu suka dengan cerita itu, tapi sudah menjadi bagian dari hidup ku. Bagian yang masih coba kusembuhkan, meski aku berusaha lupa. Salah bila aku belum bisa melupakaannya ? Bukan sosoknya tapi kisahnya.

Aku sudah lama bermain dengan sepi, berbalut peluh serta keluh. Semenjak aku menyayangi luka dan ku menemukan cerita lainnya. Aku lama berlari, hingga aku lupa cara untuk berhenti. Aku lupa cara tertawa, ketika aku ingat kadang sakit itu ada. Aku lupa cara menangis, aku terlalu sering kehilangan.

Dengan cerita kedua, mugkin bukan kisah yang pertama karena kita bertemu bukan karena sama. Aku mencoba menutup mata, meyakini bahwa kamu nanti pengobat luka sesungguhnya. Mengartikan apa yang tak bisa kuartikan. Tidak ada arti yang bisa mengartikan, diantara semua kata. Aku masih merindukan bahagia, dan aku ingin menjemputnya tanpa luka. JIka nantinya ada yang bertanya apa arti semua yang ada, cukup terjawab dengan satu kata “Tiada”.

Perpisahan atau pertemuan, dua masa yang harus kulewati. Karena pada akhirnya aku tahu perpisahan yang akan terpilih, dan bahagia hanya semu. Kelopak terangkai lagi, pada akhirnya dia harus gugur kembali. Terimakasih telah merangkai kelopak indah lagi. Karena ini semua pada akhirnya hanya sebuah kisah tentang tangkai yang tak pernah merekah lagi.

Kepada mu yang menemani, merangkai kelopak lagi.  Aku menyayangi mu, dengan rasa yang tak bisa kudefinisi.

”You know you one”

Coba Tutup Mata Mu

Sabtu, 04 Juni 2016

1 komentar
Coba saja tutup mata mu, sudah berapa kisah yang telah berlalu. Hanya singgah atau cuma menyapa mu. Seberapa banyak kisah yang bercerita tentang kisah kisah yang kau pikir bukan dalam mimpi mu.
Coba saja tutup mata mu, apakah kamu sejenak mampu melupakan kisah kisah mu dulu ? Kisah yang sedikit pun tak pernah ingin bercerita.Air mata atau hanya secirat senyum yang sudah kau anggap itu bahagia.
Coba saja tutup mata mu, Masih adakah tangan-tangan yang menggenggam tiap jemarimu ? Masih adakah ? Kau berjalan, jalan saja tenang mata mu masih tertutup, mungkin gelap itu melindungi mu. Wajah wajah yang hanya imajinasi yang tak akan pudar oleh sinar yang menyilaukan dua bola mata.
Coba saja tutup mata mu, bisa kah kau melihat ku ? Bukan, bukan aku tapi sosok imajinasi. Kau sudah lama sendiri, sadarkah ? Kau terus saja tenang dengan gelap yang terpaksa kau ciptakan sendiri.
Kisah kemarin itu sudah sangat membuat mu tak mau lagi bediri. Dari mulai kau bertemu dengan pagi hingga pagi yang sudah berhari hari sampai akhirnya harus diakhiri.
Coba saja tutup mata mu, masih adakah wajahnya ? Mungkin kenangan yang tak mungkin semudah itu tergulung oleh air mata yang tertahan sepi, diantara selipan rindu yang dahulu mengiringi.
Coba saja tutup mata mu, kau mungkin saja sudah bahagia dengan kebohongan yang kau ciptakan. Aku tak akan melihatnya lagi, mata ku sudah menatap gelap. Aku menciptakan bahagia ku sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Titik
Kukira sempat kisah ku berakhir, dengan elegi yang tiap malam ku ciptakan tuk menutupi tiap rintik hujan. Malam sudah dingin, dulu tak sedingin ini, ketika elegi elegi ku tlah tak tau untuk siapa, dan mata ku sudah ku tutup rapat. Ku melihat dengan amarah, mata ku tak mampu membuka menentukan jalan hitam putih, bagi ku sama 'Gelap'

Coba saja tutup mata mu, Kau melihat sinar ? Buka saja pelan pelan, nikmati hangat yang sempat berlalu, tapi mungkinkah sinar itu yang kau rindu ??

Janji

Sabtu, 23 Januari 2016

0 komentar
Janji
Untaian mantra dari bibir mungil. Merangkai kata entah tercipta atau terlupa. Janji
Ikatan antara hari ini dan masa depan. Menggandeng entah erat atau melepaskan.
Janji
Janji
Janji
Dunia ini penuh janji, antara abu abu atau pelangi.
Janji
Janji
Janji
Dua manusia ingin bertemu. Katanya diikat olah janji. Tiada, binasa, tak bersua
Janji
Janji
Janji
Pergi berlalu, kembali ? Semudah maaf hanya itu menghapusnya. Semudah itu ? Bunga mekar, Janji
Gemerlap kembang api, Janji
Senyum bahagia, Janji
Ah, sudahlah janji sebuah dusta oleh makna. Merangkap bahagia yang terdalam oleh luka. Bagaimana bisa ? Ketika dua insan berdiri jauh diujung yang satunya menanti. Janji..........




Ucapkan ketika benar benar terungkap