HUJAN, RASA ITU MASIH ADA

Sabtu, 16 November 2013

Hei kamu ??
Iya kamu,
Dengan baju merah kesukaan mu, kau berdiri dengan wajah serius mu memadang ku hanya sekejap. Tau kah kamu sebenarnya aku saat itu menantimu?
Hujan yang saat itu juga turun secara perlahan, meski hanya setitik-titik namun cukup membuat tubuh ku basah olehnya. Kurasa itu bukan hanya hujan. Air yang turun itu adalah perih ku. Di sudut bola mata ku, aku menatap mu tak henti-hentinya. Berharap kamu mengembangkan sapa lewat bibir mungil mu.
Apa sapa ? Tak mungkin kamu mengembangkan sapa ? Sudah berapa lama kita tak jumpa, dan kau saja tak pernah mencari ku ada dimana ?

Hujan itu semakin deras, dan deras dan sudah membuatku basah kuyup. Tapi aku tak pernah meninggalkan posisi ku. Aku tetap saja menatap mu dengan dua bola mata ku yang seakan tak rela melihat mu pergi untuk sekian kali. Tapi sayang dua mata ini harus lebih mengiklaskan sebuah hal yang sederhana. Menguatkan hati bahwa, cerita kita sudah berakhir.

Genggaman tangan mu yang dulu sangat membuatku nyaman. Aku rindu itu, ditengah gelapnya hujan yang semakin lama berubah seperti badai. Aku tetap berdiri, memandang mu tanpa lelahnya. Tapi kenapa semakin aku menatap mu, dua mata ku tak terasa memutahkan pluh di setiap sudutnya. Semua tagis ku pecah dan begitu bodohnya aku tak mampu menahannya. Aku merasa terlalu lemah.

Hujan,
Ya hujan malam itu...
Hujan yang membawa ku pada masa lalu, yang membawa ku pada sebuah kekecewaan yang berujung pada sebuah kegelisahan, kecewa, dan pilu yang sangat dalam. Hujan juga membawa cerita baru tapi untuk mu, bukan untuk ku. Aku tetap pada kondisiku yang menunggu-menunggu masa lalu itu pergi dari dua sudut mata ku. Dan ketika aku mengahapusnya maka akan hadir sebuah kisah baru dan kuharap itu mampu, mengubur masa lalu ku, yang terasa lebih perih dari sebuah bilah pisau yang menancap di sudut hati ku. Ini memang nyata, rasa ku yang masih ada untukmu. Namun kamu, kenapa kamu sudah melupakan rasa itu???

0 komentar:

Posting Komentar