Hujan Berlalu

Jumat, 15 November 2013

Aku lupa sudah berapa lama, mendung itu menyelimuti raga ku. Aku lupa sudah berapa hujan yang jatuh mengguyur setiap sisi bola mata ku. Aku lupa sudah berapa hari yang kulalui dengan kekuatan ku sendiri. Dan hingga akhirnya kini aku menyadari bahwa, hujan itu akan segera berakhir.

Sejak detik terakhir aku memutuskan untuk menutup hati rapat-rapat. Aku tak ingin satu rasa pun hadir dalam hara-hari ku. Melenggang-lenggong membentuk warna-warna indah yang berjung pada kegelisahan. Aku sudah bosan, dengan setiap detail rasa-rasa yang ada. Aku bosan ketika aku harus mengenyam rasa sakit yang berujung pada satu rasa.

Namun sekarang aku lelah. Aku lelah, jika terus berjalan seperti ini. Tetapi apa yang bisa ku lakukan. Aku terus berjalan melewati setiap siklus detik kehidupan. Hidup yang kurasa penuh dengan air mata. Bukan-bukan hanya air mata, namun kesakitan...

Kehadirannya kurasa adalah salah satu siklus yang harus kulalui, karena sejak kehadirannya entah mengapa ada sebuah hal berbeda. Aku dan dia memang bukan sepasang kekasih, bukan sepasang sahabat, bukan sepasang teman atau sepasang orang yang sudah saling mengenal dekat. Aku dan dia hanya seorang yang baru saja saling mengenal. Aku dan dia bertemu karena kebetulan. Dan semua yang terjadi sekarang terasa seperti kebetulan. Tapi apakah rasa yang kurasa sekarang ini juga adalah kebetulan?

Aku tak bisa banyak mengungkapkan, aku terlalu lama menutup perasaan ku. Sejak kali terakhir aku mampu menyayangi seseorang. Dan itu kurasa adalah waktu terkhir aku untuk membuka hati ku. Namun kurasa sekarang ada yang berbeda, rasa ku sepertinya terbuka, bukan aku yang membukanya tapi waktu. Waktu seakan-akan menuntunku untuk membuka perasaan ku. Akankah aku mampu, mampu membuka rasa itu lagi??

Aku terus mengikuti siklus kehidupan ku. Aku dan dia semakin dekat, tapi bukan dekat yang sangat dekat. Kadang kita tak saling bicara, karena apa? tak ada sebuah tali yang menyambungkan kita. Namun entah mengapa walau kita tak saling dekat, rasa itu semakin kuat. Kadang aku berfikir rasa ini hanya kagum semata. Tetapi jika ini rasa kagum semata kenapa aku selalu meminta kepada Tuhan untuk bisa lebih dekat dengannya? Namun di setiap doa ku aku juga berkata pada Tuhan jika aku dan dia memang ditakdirkan untuk bersama, aku meminta untuk supaya hati ku dan dia bisa bersatu. Tapi jika aku dan dia tak bisa bersama, aku meminta Tuhan untuk segera meluruhkan perasaan ku, dan aku menutup lagi hati ku. Karena jika masih dibiarkan, aku rasa perasaan ku akan semakin terluka. Apa tak cukup waktu-waktu terakhir yang kulalui dengan ribuan lara. Tuhan hujan itu apakah bisa berlalu ?

0 komentar:

Posting Komentar