Setangkai bunga pernah tergenggam. Kelopaknya masih segar
dan indah, lihat saja.Terlukis jelas
ketika mata itu menatapnya, Lihat saja namun tangan ini penuh luka. Suatu senja
dibawah embun yang sudah menguap terbawa angin, disana ada doa. Setiap embun
terbentuk oleh tiap peluh malam yang terusap sendiri. Taukah? Kemana kelopak
itu kini pergi ?Karena ada duri yang dia ciptakan sendiri, berapa lama harus
mengusap peluh itu sendiri (Lagi). Ketika senja itu mulai pergi, dan langit gelap itu kembali.
Tau kah ? Tiap baris dalam sebuah cerita, masih tersusun
dengan duka. Hingga pada satu titik, yang bertemu koma. Ada baris yang berganti
arah, kebawah. Entah ada cerita apa ? Dengan lukisan senja dan kelopak yang
masih di rangkai lagi. Ada beberapa bait yang mungkin terganti, mungkin itu
adalah bagian mantra yang terbawa oleh angin tiap kali dua tangan ini mencoba
menyembuhkan diri.
Bisikan itu semakin menjadi, tangan itu semakin dekat
mendekap. Kelopak yang gugur satu persatu mulai terangkai lagi. Entah dengan
peluh lagi, atau dengan sebuah rasa yang mencoba terbiasa. Coba kuulangi,
memejamkan mata tanpa ada yang meminta. Apa ini mimpi ? Aku ingin selamanya,
tanpa ada sebaris kata lagi yang kurubah. Cerita dan masa datang.
Mungkin kamu tak tahu berapa lama aku akan melupakan masa
lalu, aku hidup dengan mu. Tapi aku masih seperti menyayangi masa lalu ku.
Meski kau tak selalu suka dengan cerita itu, tapi sudah menjadi bagian dari
hidup ku. Bagian yang masih coba kusembuhkan, meski aku berusaha lupa. Salah
bila aku belum bisa melupakaannya ? Bukan sosoknya tapi kisahnya.
Aku sudah lama bermain dengan sepi, berbalut peluh serta
keluh. Semenjak aku menyayangi luka dan ku menemukan cerita lainnya. Aku lama
berlari, hingga aku lupa cara untuk berhenti. Aku lupa cara tertawa, ketika aku
ingat kadang sakit itu ada. Aku lupa cara menangis, aku terlalu sering
kehilangan.
Dengan cerita kedua, mugkin bukan kisah yang pertama karena
kita bertemu bukan karena sama. Aku mencoba menutup mata, meyakini bahwa kamu
nanti pengobat luka sesungguhnya. Mengartikan apa yang tak bisa kuartikan.
Tidak ada arti yang bisa mengartikan, diantara semua kata. Aku masih merindukan
bahagia, dan aku ingin menjemputnya tanpa luka. JIka nantinya ada yang bertanya
apa arti semua yang ada, cukup terjawab dengan satu kata “Tiada”.
Perpisahan atau pertemuan, dua masa yang harus kulewati.
Karena pada akhirnya aku tahu perpisahan yang akan terpilih, dan bahagia hanya
semu. Kelopak terangkai lagi, pada akhirnya dia harus gugur kembali.
Terimakasih telah merangkai kelopak indah lagi. Karena ini semua pada
akhirnya hanya sebuah kisah tentang tangkai yang tak pernah merekah lagi.
Kepada mu yang menemani, merangkai kelopak lagi. Aku menyayangi mu, dengan rasa yang tak bisa kudefinisi.
”You know you one”
0 komentar:
Posting Komentar