Ku
pejamkan mata ku. Otak ku berputar membayangkan dunia yang penuh dengan
khayalan. Sebuah dunia dimana imajinasiku selalu tercipta diantara luka-luka
yang sering ku rasa. Semakin dalam aku terhanyut dalam dunia ku itu. Sampai
kadang aku tidak mau kembali pada dunia asal ku. Karena jika nanti aku kembali
pasti aku merasakan lagi rasa sakit itu.
PLETAK
!! Sebuah gumpalan kertas mengenai kepala ku. Seketika aku tersadar dan
meninggalkan dunia ku itu.
“aduh !” kata ku sambil
kupungut gumpalan kertas itu. Mata ku mencari sumber gumpalan kertas itu
berasal. Ternyata sumber gumpalan kertas itu adalah dari Nanda. Cowok yang
memiliki tubuh tambun seperti tokoh POO yang ada dalam serial Kungfu Panda.
Meski tubuhnya seperti itu, janagan salah dia adalah ketua dari perkumpulan
Taekwondo sekaligus kapten Basket di sekolah.Aku dan Nanda adalah teman,sejak
kami berada di SMP sampai sekarang kami telah beranjak SMA. Aku dan Nanda masih
saja bersama,entah sengaja atau keajaiban atau apa,sejak dulu aku dan dia
selalu berada pada kelas yang sama.
“Nanda..!!!
ngapain sih lo!! Iseng banget !!” kata ku sambil kulemparkan kembali gumpalan
kertas yang tadi dia lembarkan ke kepala ku.
“eitsss..Enggak
usah ngambek lagi.Kan gue Cuma bercanda” kata Nanda sambil berjalan mendekati ku
dan mencoba duduk di sebelah ku.
“bodo
amat. Lo harus tanggung jawab karena udah nimpuk kepala gue. Sakit tahu nanti
kalau kepala gue gagar otak gimana kalau gue amnesia gimana?” cerocos ku. Nanda
hanya tertawa mendengar apa yang aku katakan.
“eh..pusing
ya lo? Mana mungkin sih barang kayak gitu bikin lo amnesia. Ngimpi ya lo? Salah
sendiri siapa suruh siang-siang gini ngelamun enggak jelas di tempat sepi kayak
gini” kata Nanda.
“bodo
amat !! pokok lo harus tanggung jawab traktir gue di kantin” kata ku
“bilang
aja kalau minta gue teraktir” jawab Nanda sambil mengeloyor meninggalkan ku.
Nanda adan aku selalu saja bercanda dan kadang
candaan Nanda itu kelewatan. Tapi tidak tahu kenapa aku tidak pernah marah
meski cara Nanda bercanda itu berlebihan. Jujur saja, selama setahun ini aku
menyimpan perasaan yang lebih dari teman kepada Nanda. Tapi aku sadar. Tak
mungkin aku mengatakan kenyataan yang ada bila aku menyimpan perasaan kepada
dia. Karena aku tahu Nanda telah mempunyai kekasih yang sejak tiga tahun dia
pacari.
Kekasihnya bernama Fania.Dan kekasihnya adalah
ketua OSIS sekaligus ketua jurnalis di sekolah. Sungguh pasangan yang membuat
iri seisi sekolah. Disamping itu saat mereka bersama,mereka selalu terlihat
mesra meski mereka tidak menampilkan hubungan mereka secara heboh.Dan semua
siswa di sekolah sangat kagum terhadap mereka berdua.
Mengetahui
itu semua,aku sadar aku sangat tidak sepadan dengan Fania. Aku hanya anggota
dari grup sastra yang ada di sekolah. Sungguh sangat tidak sepadan dengannya.Maka
dari itu aku memilih diam. Merasakan kenyataan yang tidak menjadi kenyataan
ini. Dan memilih merealisasi kan kenyataan itu dalam dunia imajinasi ku. Dimana
di sana aku bisa membayangkan kenyataan yang tidak akan terjadi di dunia asal
ku.
***
Kutatap
jendela kaca yang bereda di dalam kamar ku. Mata ku menembus keluar, kulihat
butiran-butiran hujan menatap kearah jendela kaca ku. Memang cuaca kota Bogor
hari ini nampak parah dari biasanya. Hujan deras mengguyur sejak sore dan membuat
bau di sekeliling nampak seperti berada di lautan pasir yang tergenang air.
Sungguh cuaca Bogor hari ini sangat parah.
Sambil menanti cuaca bogor pulih kembali seperti biasa.
Aku memasuki dunia imajinasi ku. Aku membayangkan saat ini aku sedang ada di
luar bersama Nanda bermain air. Menikmati hujan yang mengguyur dengan indahnya.
Saling bergandengan dengan perasaan saling terikat. Aku terus membayangkan
semua itu. Hingga aku terlelap dalam dunia imajinasi ku sendiri.
Aku terbangun melihat diriku ada di sebuah padang luas.
Padang itu ditumbuhi banyak sekali bunga kristan. Kulihat sekelilingku tidak
ada seorang pun disana yang ada hanya bunga dan bunga.
“gue dimana?”
“ini tempat apa?mengapa
tidak ada seorang pun disini?mengapa banyak sekali bunga kristan?” gumam ku
dalam hati.
Seperti
di tarik oleh sesuatu aku berjalan mengikuti sebuah cahaya. Dimana di ujung
cahaya itu terdapat sebuah jembatan panjang berwana putih. Aku masih terus
berjalan melewati jembatan itu. Aku tidak peduli sekarang menuju kemana.Yang
jelas di sekitar ku masih terhampar bunga-bunga kristan.Rasanya pikiran ku
telah dihipnotis.Semua yang kulakukan sekarang sepertinya tidak atas pikiran
ku.
Kemudian
langkah ku berhenti di ujung jembatan itu. Mata ku tiba-tiba menjadi gelap. Aku
tidak buta namun aku rasa sekarang suasana terang di sekitar ku berubah
menajadi gelap.
“aku dimana ? kenapa
sekarang menjadi gelap? Kemana semua bunga-bunga kristan yang kulihat?”
Sekarang tak ada lagi
yang bisa kulihat. Gelap,hanya kata itu yang ada sekarang. Tiba-tiba seperti di
tarik tubuh ku terjatuh pada sebuah lubang dan rasanya sakit sekali.
“MONICA bangun !!!!”
Suara Kak Robby
mengembalikan ku pada dunia asli ku. Dengan sedikit terkejut aku tersadar
keluar dari dunia imajinasi ku tadi. Dan ternyata semua kejadian itu hanya
mimpi. Begitu indah dan menegangkan. Itu yang terlintas dalam pikiranku ketika
aku bangun.
“kamu
mau sampai kapan tidur? Tuh di luar Nanda udah nunggu kamu?” kata Kak Robby.
“ha?
Nanda. Dia kok enggak bilang mau kesini ?” kata ku kebingungan. Kenapa Nanda
tiba-tiba datang kerumah ku. Biasanya jika ingin kesini dia selalu sms atau
menelphone ku dulu.
Kulihat HP ku tidak ada
sms atau telephone darinya.
“Eh..cepetan
udah nunggu lama tuh Nanda?” kata Kak Robby sambil meninggalkan kamar ku.
HUAAHEMMM...! sambil bangkit dari tempat tidur ku. Aku
masih bingung kenapa Nanda tiba-tiba kesini. Tapi sebenarnya dalam otak ku aku
tahu kenapa Nanda kesini. Pasti dia ada maslah kalau enggak gitu biasanya dia
punya cerita atau kejutan untuk ku. Namun yang aku herankan kenapa dia tidak
sms atau menelphone ku dulu.
‘Tumben
lo kesini enggak bilang dulu?” sapa ku sambil duduk dan kuangkat kedua kaki dan dan berposisi sila di atas
kursi.
“Mon....”
kata Nanda,dari raut mukanya dia terlihat aneh.
“kenapa
muka lo ?kayak sandal butut joger gue? Lecek banget” tanya ku terheran. Aku
tahu sepertinya Nanda ada masalah. Dan aku bisa tebak masalah Nanda itu kalau
tidak berhubungan dengan Fania,Basketnya kalau enggak gitu Taekwondonya.
“Kenapa
sih lo ? jangan diem sama nampilin wajah lecek gitu dong!” kata ku lagi.
“Nih..lo
baca sendiri!” kata Nanda sambil memberikan HP-nya.
“Fania
? kenapa lo suruh gue baca pesan lo?” kata ku. Benar kan tebakanku pasti Nanda
sedang ada maslah dengan Fania.
“uda
baca aja.Gue enggak sanggup ngomong” katanya semakin tidak menampilkan wajah
cerianya.
Aku mencoba membaca setiap kata demi kata yang ada dalam
pesan SMS-nya.
Nan..
Sorry sebelumnya. Gue
enggak bisa nyimpen rahasia ini lama-lama. Gue sebenarnya mau bilang sama lo,
uda dari satu bulan yang lalu. Tapi gara-gara gue enggak tega, sama lo karena
lo mau tanding waktu itu. Sebenarnya gue sekarang uda balikan sama Mantan gue Rey.
Dia udah satu bulan kembali dari Bali. Dan jujur aja gue masih sayang Rey biar
pun dulu dia ninggalin gue. Maafin gue Nan..gue baru jujur sekarang. Gue enggak
tahu gimana ngomong sama lo. Sekarang maaf ya kita putus. Tapi janji sama gue
kita tetap temenan....
Terkejut
rasanya aku membaca pesan itu. Tapi tidak bisa dipungkiri. Hati ku cukup senang
melihat Nanda sekarang jomblo lagi. Tapi disisi lain,sebagai temannya aku
kasihan jga dengannya. Dia begitu sayang dengan Fania. Namun seenak hati Fania
memutuskan Nanda dengan tidak terhormat.
“Sabar
ya Nan” kata ku sambil meletak kan Hp Nanda.
Tiba-tiba aku melihat
mata Nanda berkaca-kaca. Baru kali ini aku melihat seorang Nanda yang selalu
tampil keren dan ceria menangis. Dan dia menangis karena seorang Fania. Aku
berfikir sebegitu berharganya ya Fania itu buat Nanda. Sampai dia menangis
seperti ini di depan ku.
“Nan? Lo nangis?” tanya
ku.
Nanda mengusap matanya. Aku masih tidak percaya seorang
Nanda menangis. Setelah mengusap mata nya Nanda mulai bercerita.
“Ohhh...jadi
gitu? Nan inget enggak Cuma monika yang sayang lo. Banyak tahu orang yang
sayang lo. Tapi lo enggak sadar. Dan salah satu orang itu gue” kata ku.
Ups..tanpa sadar kenapa aku bisa berkata seperti itu. Aduh Nanda bisa salah
paham. Gejolak dalam hati ku terus beradu. Aku harap ucapan ku yang itu tidak
didengar Nanda.
“Ha?
Lo ? gue sama lo kan uda temenan lama Mon. Mana mungkin lo bisa sayang gue?”
Rasanya petir menyambar
otak ku. Aku ingin rasanya menceburkan diriku pada lautan luas berharap aku
terbawa arus dan tidak kemabali.
“emang
lo kira kalau kita temenan gue enggak bisa punya rasa sama lo? Kata ku geram.
“Mon..lo
tahu kan gue ini lagi sedih gara-gara Fania. Please deh jangan membuat aku
tambah sedih” Nanda berdiri dan pergi meninggalkan rumah ku.
Aku
rasa aku memang salah berbicara seperti itu kepada Nanda yang sekarang sedang
bersedih karena Fania. Namun rasanya diriku tidak bisa menahan apa yang
harusnya tetap kurahasiakan kepada Nanda. Aku menyesal aku malu. Sebuah cinta
merusak hubungan ku dengannya.
Ku
putuskan untuk pergi menyusulnya. Aku tidak ingin pertemanan kami hancur karena
perasaan suka ku pada Nanda.
“Nanda
tunggu” teriakku. Nafas ku rasanya tersengal-sengal karena Nanda berjalan
sangat cepat.
“Ada
apa?” katanya santai.
“lo
marah sama gue?” tanya ku.
“kenapa
harus marah? Gue cuma enggak ingin lo ngerasa nyesal karena udah ngungkapin
perasaan lo sama gue” katanya. Aku rasa Nanda sepertinya sudah tidak begitu
merisaukan pernyataan ku tadi.
“maaf
Nan! Gue enggak maksud tadi bilang kayak gitu. Gue mohon Nan,pertemanan kita
jangan sampai disini ya ?”.Nanda tertawa mendengar pernyataan ku.
“mana
mungkin pertemanan kita berakhir kayak gini?” kata Nanda di sela-sela tawanya.
“Jadi
kita tetap temenan?” tanya ku memastikan.
“tentu
dan gue sekarang harus hati-hati nih. Karena gue enggak kepingin nyakitin
perasaan temen gue yang satu ini?” kata nya.
“maksud
lo? So mulai sekarang gue makal bantu lo move on dari Fania. Setuju ?”
“enggak
karena susah kayaknya move on dari Fania”kata Nanda sambil memeluk ku.
‘lepasin
Bau tau !”kata ku mencoba melepaskan pelukan Nanda.
Aku sedikit lega meski pun aku tahu Nanda tidak akan
pernah menganggap ku lebih dari temannya. Dan yang terpenting meski aku tidak
akan pernah bisa menjadi kekasihnya, aku tetap bisa dekat dengannya meski hanya
sebagai temannya.Aku sadar lebih baik jika hubungan ku dengan Nanda hanya
sebatas teman.Karena dengan sebagai teman aku tidak perlu takut kehilangan
Nanda.
***THE
END***